Latar



Fenomena kemiskinan merupakan gambaran terganggunya keseimbangan  (equilibrium) social sebagai salah salah akibat dari perubahan yang dialami masyarakat baik aspek structural, cultural, dan interactionalnya. Data statistic menunjukkan bahwa pada tingkat nasional jumlah kemiskinan masih relative tinggi yaitu sekitar 18.482.771  rumah tangga miskin (www.kemensos.go.id). Untuk mengatasinya, berbagai upaya pengembangan masyarakat miskin telah dan sedang dilakukan oleh individu, organisasi, masyarakat maupun pemerintah misalnya melalui program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), pelatihan keterampilan, Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, penyelenggaraan desa vokasi, dan sebagainya.
Kasus pengembangan dan pemberdayaan yang berhasil ditemui dilapangan menunjukkan bahwa program-program tersebut tidak berjalan dengan baik karena pendekatan yang kurang tepat. Penekanan pada peningkatan human capital tanpa disertai dengan pengembangan sosial capital menyebabkan program-program tersebut hanya menghasilkan manusia-manusia berpengetahuan dan berketerampilan yang cenderung lebih individualis dan mekanis. Pendekatan ini merupakan implementasi dari asusmsi bahwa sistem perekonomian dewasa ini mulai didominasi oleh peranan human capital, yaitu “pengetahuan” dan “keterampilan” manusia.
Secara substansial, modal manusia (human capital) memiliki kandungan lain selain pengetahuan dan keterampilan, yaitu kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain’. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan ‘modal sosial’ (social capital), yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi (Coleman, 1990).
Modal sosial adalah kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu darinya. Modal sosial dapat dilembagakan dalam bentuk kelompok sosial paling kecil atau paling mendasar dan juga kelompok-kelompok masyarakat paling besar seperti halnya negara (bangsa) (Fukuyama, 1995). Modal sosial diyakini sebagai sesuatu yang merujuk pada demensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah institusi atau kelompok yang menopang (underpinning) kehidupan sosial, melainkan dengan spektrum yang lebih luas. Yaitu sebagai perekat (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama (Bank Dunia, 1999).
Beberapa acuan nilai dan unsur yang merupakan ruh modal sosial antara lain: sikap yang partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang mendukungnya. Unsur lain yang memegang peranan penting adalah kemauan masyarakat untuk secara terus menerus proaktif baik dalam mempertahakan nilai, membentuk jaringan kerjasama maupun dengan penciptaan kreasi dan ide-ide baru. Inilah jati diri modal sosial yang sebenarnya.
Tantangan bagi dunia pendidikan umumnya dan pendidikan luar sekolah khususnya adalah bagaimana hasil pendidikan tidak sekedar menekankan pada penguatan modal manusia (pengetahuan dan keterampilan) tapi juga mengarahkan pada optimalisasi potensi masyakat yang tertuang dalam modal sosial. Sehingga secara bersama-sama manusia memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan memanfaatkan institusi sosial yang ada untuk mencapai tujuan bersama.
Praktik-praktik kependidikan dewasa ini mengalami banyak perubahan dan pengembangan, tidak terkecuali pendidikan luar sekolah. Salah satu isu yang relevan dengan pengembangan pendidikan luar sekolah adalah konsep modal sosial (social capital). Modal sosial menjadi isu relevan mengingat jurusan pendidikan luar sekolah memiliki peluang besar untuk menerapkan dan mengembangkan konsep ini sesuai dengan budaya yang berkembang di Indonesia.
Modal sosial menjadi sangat penting dan relevan dengan pendidikan luar sekolah karena sangat memungkinkan bagi praktisi pendidikan luar sekolah untuk berperan didalamnya. Secara konseptual social capital membuka peluang bagi warga negara untuk menyelesaikan masalah bersama dengan lebih mudah. Masyarakat seringkali menjadi lebih baik jika bekerjasama dengan orang lain. Modal sosial memberikan kelancaran bagi masyarakat untuk berkembangkan dengan baik, dimana setiap orang saling mempercayai dan dapat dipercaya dalam setiap interkasi keseharian baik itu interaksi bisnis, interaksi kemasyarakat atau interaksi lainnya. Modal sosial meningkatkan kesadaran bahwa nasib seseorang saling berhubungan, seseorang tidak dapat menguji pandangannya sendiri tanpa melalui dialog dengan orang lain, baik dalam forum formal maupun informal. Tanpa kesempatan berinteraksi dengan orang lain, maka seseorang lebih cenderung memperoleh pengaruh atau dorongan yang lebih buruk dari dirinya.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa potensi jurusan pendidikan luar sekolah dalam mengembangkan modal sosial sangat besar. Teori dan praktik perkuliahan yang menitik beratkan pada pembelajaran di masyarakat membuka peluang bagi praktisi pendidikan luar sekolah untuk mengelola modal sosial ini dalam rangka memecahkan permasalahan masyarakat saat ini.
Dalam aktivitas pengembangan masyarakat, pendidik luar sekolah berperan besar sebagai pendidik, fasilitator, pendamping, dan pembimbing masyarakat. Demikian pula aktivitas pendidik dalam pendidikan nonformal dalam pengembangan modal sosial. Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik untuk mengembangkan social capital di masyarakat, beberapa aktivitas yang dapat dilakukan praktisi pendidikan luar sekolah antara lain: terlibat dalam berbagai organisasi sosial masyarakat, kemudian menjalankan perannya sebagai pendidik, melakukan berbagai kegiatan ekstra dengan sentuhan pendidikan melalui aktivitas yang berkualitas dari hari ke hari sehingga hasil kependidikan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Pendidik luar sekolah juga dapat berperan sebagai praktisi organisasi yang memberikan perhatian jangka panjang terhadap organisasi sosial sehingga dapat menunjang pada pencapapain pengembangan jejaring sosial dengan dasar hubungan saling percaya dan toleransi. Pendidik luar sekolah dapat memprakarsai upaya pengembangan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat bekerja bersama.
Menjadi tantangan bagi penyelenggaran program studi pendidikan luar sekolah di masa yang akan datang untuk dapat mengembangkan kapasitas lulusan sebagai pendidik masyarakat yang juga berperan sebagai pengembang masyarakat berbasis  modal sosial dalam rangka memecahkan masalah kehidupan mereka.